28 Juli 2010

Sejarah Cotton Bud (baca; katen bat)

Tulisan ini diilhami dari seorang anak kost yang nge kost di gegerarum. Dimana 5 bulan tidak pulang kampung membuatnya tidak pernah melihat katen bat. Dan ketika ia pulang, ia tersadar betapa berterimakasihnya ia mempunya keluarga yang memiliki katen bat di rumahnya.

Katen bat atau yang akrab di sapa Pembersih Telinga adalah sebuah teknologi canggih masa kini yang dapat membersihkan lubang telinga sehingga pendengaran bisa kembali lancar. Katen bat berbentuk sebuah batang kacil dengan setiap ujungnya di beri kapas biar empuk. Tapi tahukah kamu sejarah katen bat? sini saya ceritakan ...

Dahulu kala ketika dunia ini sedang dalam masa berburu, tepatnya ketika Megantropus Palaklokayatikus menguasai dunia. Membersihkan badan merupakan hal yang tergolong absurd. Manusia purba jaman dulu lebih senang menyatu dengan alam dengan membiarkan banyak kuman menempel di badannya. Maklum lah, jaman dulu belum ada baju, jadi untuk menutupi auratnya, Megantropus membiarkan bulu dadanya tumbuh lebat dan menyatu dengan bulu ketek hingga memanjang ke bawah lutut. Eh, bukan bulu, tapi menurut KBBI itu namanya rambut, whatever lah.

Saking Kotornya, kotoran kotoran itu menutupi lubang lubang kecil yang ada di tubuhnya. Termasuk lubang telinga (lubang yang laen jangan dipikirin). Dulu Megantropus gak tau kalo kotoran itu mempunyai dampak negatif yang cukup besar. Sampai akhirnya ada sebuah cerita tentang tewasnya seorang/seekor Megantropus bernama uyejksdaiwueq //nama manusia purba emang gitu.

Pada suatu ketika uyejksdaiwueq sedang berburu tikus hutan untuk dijadikan makan malam. Ia ditemani oleh seorang Megintropus (Megantropus yang bergender cewek) yang bernama iamaterhwi. Kala itu sedang malam minggu, bulan bersinar terang, bintang bertaburan, dan srigala mengaung, sungguh romantis. Tangan kanan uyejksdaiwueq memegang tombak, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan kanan iamaterhwi dengan penuh romantis. Mereka menelusuri hutan rimba laksana sedang berada dalam film avatar.

iamaterhwi menemukan seekor tikus besar. Lalu ia berteriak kepada uyejksdaiwueq agar segera menangkap dan memasak tikus itu untuk dijadikan makan malam. Tapi uyejksdaiwueq tidak mendengarkan perkataan iamaterhwi. iamaterhwi pun marah karna lapar dan merasa tidak dianggap. Lalu ia merampas tombak uyejksdaiwueq dan membunuh uyejksdaiwueq untuk dimakan hidup - hidup. Sungguh tragis.

Kisah itu tetap di kenang hingga beratus - ratus tahun kemudian. Hingga hari itu diperingati sebagai hari budeg sedunia. Tapi ratusan tahun kemudian manusia purba mulai berfikir. Otak manusia purba mulai aktif.  Hingga akhirnya memasuki masa Homo Sapien bercocok tanam. Sejarah mengapa mereka disebut Homo Sapien juga tidak lepas dari akibat banyak kotoran di telinga. Dulu ada seorang manusia purba bergender pria bernama cunpakcou (di daerah China) yang jatuh cinta kepada cunpingpong. Cunpakcou orangnya sangat agresif. Ketika ia bertemu dengan cunpingpong, ia langsung berusaha menci*mnya. Cunpingpong yang juga bergender pria tentu menolak. Ia berteriak begitu keras, "gila lo! gua juga cowok tau? mau lo apa? dasar HOMO!!!", namun cunpakcou tetap tidak mau mendengarkan. Nah, dari situlah kemudian makna kata Homo diperluas hingga kepada keseluruh manusia purba kala itu.

Namun saat itu, mulai ada banyak pemikiran - pemikiran dari manusia purba. Seperti, mengapa mereka berdiri? Mengapa mereka melihat? Mengapa mereka berbicara? Dan mengapa mereka mendengarkan? Hingga tiba pada sebuat pertanyaan yang merubah hidup mereka. Dengan apa mereka mendengar? Untuk sejarah ditemukannya kata "telinga" tidak akan diceritakan di sini. Yang pasti mereka mulai penasaran mengenai lubang kecil yang ada di sisi kepala.

Seorang peneliti lulusan UPI 1998 SM yang berasal dari kasta yang cukup tinggi di kalangan manusia purba, mulai meneliti lubang itu. Ia membersihkan telinganya dengan jari kelingkingnya dan membuang kotoran kotoran di telinganya. Setelah berjuang keras selama 3 hari 2 malam, akhirnya semua kotoran di telinganya berhasil di keluarkan. Dan apa yang terjadi. Peneliti itu merasa telinganya plong dan pendengarannya jernih. Kemudian peneliti itu pun memberitahukan kepada seantero kampung manusia purba untuk segera membersihkan telinganya. Mulai saat itu mereka mulai sadar, apa yang menyebabkan nenek moyang mereka, uyejksdaiwueq, meninggal dunia ditangan kekasihnya.

Namun masalah tidak selesai sampai disitu. Para warga purba mulai mengeluhkan sakit sakit telinga. Banyak dari mereka yang ternyata terserang wabah koreng telinga. Ya, telinga mereka pada korengan. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karna jari yang digunakan untuk membersihkan telinga memiliki kuku yang panjang dan jarang di cuci.

Peneliti itu mulai pusing, ia tak tahu harus bagaimana. Ia mulai berfikir untuk mencari alat lain selain jari untuk membersihkan telinga. Ia menemukan semir sepatu. Namun secepatnya ia sadar bahwa semir sepatu gak akan muat di telinga. Kemudian ia menemukan penghisap debu. Namun itu juga masih terlalu besar. HIngga ia menemukan ide untuk menggunakan sesuatu yang dapat menyerap kotoran dan flexsibel. Ia menemukan serat kelapa. Ya, akhirnya serat kelapa adalah alat yang paling pas digunakan untuk membersihkan kotoran telinga saat itu.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Manusia semakin pandai berfikir. Mereka menciptakan banyak teknologi untuk memudahkan pekerjaan mereka. Namun pada akhirnya manusia semakin malas. Karna semakin malas itulah tubuh manusia semakin rentan. Serat kulit buah kelapa yang tadinya bisa membersihkan telinga kala itu mulai terasa kasar dan menimbulkan luka. Hingga manusia akhirnya tersadar harus mengganti teknologi itu dengan yang lebih lembut. Hingga ditemukanlah sebuah alat yang di sebut katenbat. Katen bat berbentuk sebuah batang kacil dengan setiap ujungnya di beri kapas biar empuk.

Di pelosok pelosok dunia mulai beredar banyak merek katen bat. Dari sekian banyak merk itu, merek yang paling terkenal adalah "Katen Bat Mbok Darmi" dengan slogannya "Ngeresi'i Kupingmu ben ora BUDEG!!". Nah, rekomendasi noh buat anak kos yang ada di cilimus, gegerarum, geger kalong, dan sekitarnya. Anak kos jarang tuh yang punya katen bat. Makanya segera beli produk Mbok Darmi dan buktikan bahwa telingamulah yang terbersih di dunia ini.

Oke, sampai segitu cerita sejarah katen bat. Sampai jumpa di dunia sejarah dan teknologi selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya ... tapi yang lebih dari sebulan, harus saya moderasi dulu ya,, biar gak kelewat... :)