02 Desember 2013

ESRB dan Positifnya Main Game

Sabtu kemarin gue jadi tamu di acara Clevio Coder Camp di Cibubur. Di seminar yang berjudul "Mengubah Game Addiction menjadi Motivasi Belajar" itu dibahas segala permasalahan orang tua bagaimana menghadapi anak yang ketagihan bermain games.

Ada satu materi yang bikin gue duduk betah berlama-lama mendengarkan materinya. ESRB (Entertainment Software Rating Board). Ini adalah hal yang sering dilupakan oleh orang tua ketika membelikan anaknya video games. Ini juga yang dilupakan oleh RCTI ketika membuat tayangan Dua Sisi tentang game namun hanya menyoroti dampak negatifnya saja dari games.

Games pada dasarnya berbeda dengan Toys. Toys adalah mainan seperti boneka atau mobil mobilan yang anak - anak bebas memainkannya. Tapi games beda, games tidak hanya digital, games memiliki story, goals, rules, feedback system, dan voluntary. Itulah yang menurut gue juga bikin games jadi lebih luas daripada movie.

Jika di movie, kita mengenal rating Semua Umur, Bimbingan Orang Tua, dan lainnya (bisa baca disini), maka di games, ada ESRB. Kode ESRB ada di bagian belakang kemasan di pojok kiri bawah. Ada 6 tingkatan ESRB yang selama ini banyak digunakan di games

Early Childhood
Konten dalam game ini ditujukan untuk anak - anak. Tidak memuat konten yang bebau kekerasan sama sekali.


Everyone
Konten dalam game dengan rating ini cocok untuk segala usia. Baik dari anak - anak hingga dewasa dapat memainkannya. Rating ini setara dengan "Semua Umur" pada rating di film.


Everyone 10+
Hanya untuk orang diatas umur 10 tahun. Mungkin akan berisi sedikit fantasi atau kekerasan ringan dengan gambar kartun. Misalnya Lego Marvel Super Hero yang berisi pertarungan superhero melawan perjahat.

Teen
Untuk usia diatas 13 tahun. Mungkin akan berisi violence, humor - humor sederhana bagi usia remaja, penggunaan bahasa yang jarang digunakan, atau sudah ada 'darah' meskipun hanya sedikit.

Mature
Untuk usia diatas 17 tahun. Akan berisi lebih banyak darah dan konten - konten seksual. Atau juga penggunaan bahasa kasar dan kekerasan yang terlihat jelas. Misalnya GTA V yang didalamnya terdapat adegan mencuri mobil

Adults Only
game dengan rating ini hanya boleh dimainkan oleh orang dewasa. Rating ini setara dengan rating dewasa dalam Film. Game dengan rating ini sama dengan rating M hanya mungkin akan lebih kuat atua memuat unsur perjudian. Seperti game poker online dengan menggunakan transaksi uang yang nyata.

Rating - rating tersebut harusnya sudah dipahami dengan baik dan diaplikasikan oleh para orang tua yang memiliki anak yang kecanduan game. Kebanyakan orang tua, masih menganggap bahwa game adalah mainan anak kecil. Padahal kenyataanya game - game yang sekarang banyak beredar seperti GTA V diperuntukkan untuk orang dewasa.


Para orang tua juga sudah seharusnya mengerti dan mengikuti perkembangan jaman. Harus tau apa yang anak - anak mereka mainkan. Tidak sekedar melarang, karna games merupakan dunia dari anak - anak yang masih asik bermain.

Games juga mempunyai banyak hal positif seperti Critical Thinking yang dibangun ketika mereka bermain game strategi yang menuntut mereka untuk berfikir lebih kritis agar mengalahkan lawan mereka. Decision Making yang dibangun ketika mereka harus menentukan satu tindakan untuk mengalahkan lawan mereka. Educational yang terbangun ketika mereka bermain game dengan konten / materi yang banyak berkaitan dengan hal - hal disekeliling mereka. Dan Build Relationship ketika mereka bermain game yang terkoneksi dengan social media sehingga mereka bisa berinteraksi dengan teman - temannya.

Tapi agar hasil positif tersebut maksimal tentu kembali lagi ke pendampingan yang dilakukan orang tua terhadap anak - anaknya. Pendampingan tersebut bisa berwujud aturan - aturan yang disepakati bersama mengenai waktu bermain dan tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh sang anak.

Jadikan game sebagai alat sekaligus sahabat, karna game juga dapat digunakan untuk memotivasi anak - anak untuk belajar.

All kids need is a little help, a little hope and somebody who believes in them.
- Magic Johnson
We do not stop playing because we grow old, we grow old because we stop playing!
- Benjamin Franklin

2 komentar:

  1. Nyimak, Gan. Lagi belajar jadi emak nih :p

    BalasHapus
  2. masalah berawal dari orang tua yang gak ngerti game. Mari pahami game untuk menjadi orang tua yang lebih baik :D

    BalasHapus

silahkan komentarnya ... tapi yang lebih dari sebulan, harus saya moderasi dulu ya,, biar gak kelewat... :)